Krisis ekonomi yang melanda Suriah sejak pecahnya konflik 2011 membuat negeri itu harus mencari berbagai cara untuk menjaga stabilitas mata uangnya. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mencetak uang baru, sebuah praktik yang memiliki sejarah panjang dan tidak hanya bergantung pada Rusia sebagai mitra utama.
Sebelum konflik, Suriah mencetak sebagian besar uangnya di fasilitas percetakan dalam negeri. Namun, seiring memburuknya situasi dan meningkatnya kebutuhan akan likuiditas, Damaskus mulai mencari mitra luar negeri untuk mencetak mata uang.
Dalam beberapa periode, Rusia memang menjadi pemasok utama, terutama setelah 2011 ketika hubungan bilateral kedua negara semakin erat. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Suriah juga pernah mencari dukungan dari negara lain untuk urusan percetakan uang.
Permintaan terbaru Suriah kepada pemasok internasional untuk mencetak uang menunjukkan keinginan pemerintah membebaskan diri dari ketergantungan tunggal. Langkah ini diumumkan langsung oleh Gubernur Bank Sentral, Abdelkader Husrieh, dalam sebuah forum gubernur bank sentral Arab di Tunis.
Dalam pernyataannya, Husrieh menjelaskan bahwa tender internasional sedang digelar, dengan target proses pencetakan rampung dalam tiga bulan. Salah satu tujuan besar dari program ini adalah melakukan redenominasi dengan menghapus dua nol dari mata uang pound Suriah.
Langkah redenominasi dianggap strategis untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap pound, yang nilainya sudah jatuh lebih dari 99 persen sejak awal konflik. Dari 50 pound per dolar pada 2011, kini kurs melambung hingga 11.000 pound per dolar.
Dalam konteks internasional, kerja sama pencetakan uang dengan pihak luar bukan hal baru. Indonesia, misalnya, melalui Perum Peruri tidak hanya mencetak rupiah, tetapi juga pernah dipercaya mencetak mata uang asing.
Peruri, Badan Usaha Milik Negara Indonesia, diketahui pernah mencetak uang Nepal, Somalia, bahkan Argentina. Fakta ini menunjukkan bahwa kapasitas percetakan uang Indonesia diakui di tingkat global.
Dengan kapasitas itu, secara teknis Indonesia sebenarnya bisa menjadi mitra potensial bagi Suriah dalam program percetakan mata uang. Peruri memiliki pengalaman internasional serta reputasi sebagai penyedia jasa percetakan berkualitas tinggi.
Selain itu, langkah diversifikasi mitra percetakan bisa memberi keuntungan politik bagi Suriah. Dengan menggandeng berbagai pihak, Suriah dapat mengurangi risiko tekanan geopolitik dari satu negara pemasok saja.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya Damaskus memperluas hubungan internasional. Husrieh mengungkapkan bahwa jumlah bank koresponden Suriah terus bertambah setelah kunjungan diplomatik ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ia bahkan berencana menghadiri konferensi perbankan internasional di Frankfurt untuk memperluas jaringan lebih jauh. Semua ini menunjukkan arah kebijakan yang berusaha mengurangi isolasi ekonomi Suriah.
Dalam sejarahnya, pencetakan uang di luar negeri sering kali menjadi jalan keluar negara-negara yang menghadapi krisis besar. Biaya memang tinggi, tetapi manfaatnya lebih besar jika mampu menjaga stabilitas sistem keuangan.
Bagi Suriah, tantangan utamanya kini adalah membangun kembali kepercayaan publik terhadap pound. Percetakan uang baru dengan desain dan kualitas tinggi bisa membantu memulihkan citra mata uang nasional.
Namun, banyak ekonom menilai percetakan uang saja tidak cukup. Reformasi ekonomi, perbaikan keuangan publik, dan pemulihan hubungan internasional tetap menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Meski begitu, pengalaman negara-negara lain seperti Argentina dan Nepal yang pernah menggunakan jasa percetakan asing bisa menjadi pelajaran berharga bagi Suriah. Diversifikasi mitra akan memberi fleksibilitas lebih luas.
Jika Indonesia, misalnya, suatu saat dipercaya membantu Suriah, itu akan menjadi catatan sejarah baru dalam kerja sama ekonomi internasional. Bagi Peruri, hal itu akan memperkuat posisi sebagai pemain global di industri percetakan uang.
Di sisi lain, kerja sama semacam itu juga bisa membuka jalan diplomatik baru. Hubungan ekonomi sering menjadi pintu masuk bagi dialog politik dan kemitraan jangka panjang.
Dengan demikian, sejarah percetakan uang Suriah membuktikan bahwa Rusia bukan satu-satunya opsi. Dunia internasional, termasuk negara seperti Indonesia, memiliki kapasitas nyata untuk mendukung upaya Suriah menstabilkan kembali sistem moneternya.
Bagi rakyat Suriah, setiap langkah menuju stabilitas mata uang berarti secercah harapan di tengah kesulitan. Pencetakan uang baru bukan hanya persoalan teknis, tetapi simbol bahwa roda ekonomi negara masih terus berusaha berputar.
Tags
indonesia