Bagaimana Kabar Rumah Sakit Bawah Tanah Suriah?



Dalam perjalanan panjang revolusi musim semi Arab di Suriah yang berlangsung lebih dari satu dekade, kelompok oposisi terhadap rezim Bashar al-Assad berhasil membangun jaringan fasilitas kesehatan bawah tanah yang luar biasa, sebagai bentuk ketahanan menghadapi serangan udara yang sistematis. Fasilitas-fasilitas ini, yang mencakup rumah sakit di ruang bawah tanah bangunan, gua alami, maupun struktur sepenuhnya underground, menjadi simbol perjuangan medis di tengah kehancuran. 

Menurut laporan dari organisasi seperti Syrian American Medical Society (SAMS) dan Physicians for Human Rights (PHR), pembangunan ini dimulai sejak 2011-2012, ketika rezim Assad dan sekutunya, termasuk Rusia, mulai menargetkan infrastruktur kesehatan oposisi secara brutal.

Serangan terhadap rumah sakit di wilayah oposisi mencapai lebih dari 454 kasus hingga 2019, dengan 91 persen di antaranya dilakukan oleh pihak Assad dan Rusia, seperti yang didokumentasikan oleh The Syria Campaign. Akibatnya, tenaga medis di wilayah oposisi terpaksa mengembangkan model-model inovatif untuk melindungi nyawa, termasuk menggali gua di lereng gunung atau memanfaatkan basement bangunan yang ada. 

Proyek-proyek ini tidak hanya menyelamatkan ribuan korban luka, tetapi juga menunjukkan keahlian lokal insinyur dan dokter Suriah yang bekerja tanpa dukungan militer besar-besaran. Di wilayah seperti Idlib, Eastern Ghouta, Homs, dan Aleppo, jaringan ini menjadi tulang punggung perawatan trauma bagi jutaan penduduk sipil.

Salah satu contoh ikonik adalah Central Cave Hospital di Kafr Zita, utara Hama, yang digali hingga kedalaman 17 meter di bawah lapisan batu selama lebih dari satu tahun. Rumah sakit gua ini dirancang untuk tahan terhadap bom barrel dan serangan udara, menyediakan ruang operasi, laboratorium, dan layanan radiologi dasar. Dokter-dokter lokal, dibantu oleh organisasi seperti Médecins Sans Frontières (MSF), berhasil membangunnya dengan sumber daya terbatas, termasuk penggalian awal seluas 50 meter persegi seperti yang digambarkan dalam video dokumenter tentang proyek serupa. Fasilitas ini melayani korban perang yang sering kali tidak bisa dijangkau oleh ambulans konvensional.

Di Eastern Ghouta, rumah sakit yang dikenal sebagai "The Cave" menjadi pusat perawatan bagi sekitar 200.000 penduduk, dikelola oleh dokter seperti Amani Ballour yang terkenal karena dedikasinya. Struktur underground ini awalnya dibangun untuk menghindari penargetan rezim, dengan terowongan yang menghubungkan ruang perawatan dan penyimpanan obat-obatan.

Meskipun sering diserang, fasilitas ini tetap beroperasi hingga pengepungan Ghouta pada 2018, menyelamatkan nyawa di tengah blokade makanan dan medis. Laporan dari Reuters pada 2016 menyoroti bagaimana gua-gua ini menjadi benteng terakhir bagi korban sipil yang terluka akibat bombardir harian.

Model basement hospitals juga banyak diterapkan di Homs dan Aleppo, di mana ruang bawah tanah bangunan sipil diubah menjadi unit darurat. Misalnya, rumah sakit di Douma menggunakan terowongan bawah tanah untuk operasi bedah dan perawatan pasca-trauma, melayani pejuang maupun warga biasa. Oposisi, melalui jaringan field hospitals (FH), berhasil mendirikan ratusan fasilitas semacam ini sejak 2012, dengan dukungan dari NGO internasional seperti MSF yang mendukung lebih dari 100 proyek underground. Di Idlib saja, puluhan rumah sakit gua dibangun untuk menggantikan yang hancur, fokus pada perawatan wanita dan anak sejak 2018.

Pembangunan ini sepenuhnya bergantung pada keahlian lokal, meskipun dana datang dari donasi swasta, PBB, dan organisasi kemanusiaan. Video transkrip tentang Masha Al-Magharah, yang kemungkinan merujuk pada salah satu cave hospital, menekankan pentingnya infrastruktur untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Proyek tersebut dimulai dengan penggalian sederhana, tetapi berkembang menjadi fasilitas lengkap dengan laboratorium dan radiologi, sepenuhnya dibangun oleh tim lokal di wilayah oposisi. Hal ini menunjukkan bagaimana oposisi tidak hanya bertahan, tapi juga berinovasi di tengah keterbatasan.

Menurut survei dari 13 organisasi medis Suriah pada 2019, sekitar 20 persen dari total rumah sakit di wilayah oposisi—yaitu 50 hingga 100 fasilitas—adalah fully underground, sementara 66 persen lainnya menggunakan basement untuk layanan utama. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 50 persen rumah sakit di zona konflik rusak atau tidak berfungsi, memaksa oposisi membangun alternatif bawah tanah. Di peternakan, masjid, atau pabrik kosong, field hospitals ini menjadi oase medis, sering kali dilindungi dengan pasir dan semen untuk menahan ledakan. Total serangan terhadap jaringan ini mencapai 583 hingga 2019, tapi keberadaannya tetap luas dan vital.

Oposisi tidak hanya membangun untuk bertahan, tapi juga untuk melayani komunitas yang terisolasi. Di Hama, Central Cave Hospital menjadi contoh sukses, di mana tim medis lokal berhasil menangani ratusan kasus trauma tanpa kehilangan staf akibat serangan langsung. Laporan dari National Geographic pada 2021 memuji adaptasi ini sebagai "inovasi perang medis," di mana gua-gua alami dimodifikasi menjadi ruang steril dengan ventilasi darurat. Bahkan rumah sakit pemerintah yang diambil alih oposisi, seperti di Idlib, dimanfaatkan lantai bawah tanahnya untuk keperluan medis khusus.

Pada puncak konflik 2015-2018, kebutuhan trauma care melonjak akibat pengepungan dan bom, mendorong pembangunan lebih intensif. Di Eastern Ghouta, 21 fasilitas underground didukung MSF untuk melayani 800.000 hingga 1,2 juta penduduk. Atlantic Council pada 2019 menyebutkan bahwa fortifikasi ini adalah investasi terbaik untuk perlindungan, meskipun donor internasional lambat mengalokasikan dana untuk proyek jangka panjang. Oposisi berhasil membuktikan bahwa dengan sumber daya lokal, mereka bisa menciptakan sistem kesehatan yang tangguh di bawah tanah.

Setelah jatuhnya Assad pada Desember 2024, nasib fasilitas-fasilitas ini menjadi sorotan utama dalam rekonstruksi Suriah. Banyak yang hancur akibat serangan berulang, tapi beberapa tetap utuh dan difungsikan kembali oleh pemerintah Presiden Ahmed Al Sharaa. Laporan dari Raseef22 pada Mei 2025 menyebutkan bahwa Al-Atareb Hospital di Idlib, bagian dari jaringan underground, masih beroperasi sebagai pusat medis utama, melayani jasa medis pasca-Assad dan warga yang kembali dari pengungsian.

Di wilayah utara seperti Idlib dan Aleppo, beberapa cave hospitals direstorasi dengan bantuan MSF dan SAMS, tetap berfungsi untuk perawatan darurat. Refugees International pada Mei 2025 melaporkan bahwa dana internasional senilai miliaran dolar membantu menjaga rumah sakit tetap berjalan, termasuk yang underground, meskipun tantangan sanksi dan kekurangan pasokan obat masih ada. Namun, tidak semua fasilitas bertahan; beberapa di Homs dan Ghouta berubah fungsi menjadi gudang sementara atau penyimpanan barang, karena kerusakan struktural parah.

House of Commons Library dalam laporan September 2025 menyatakan bahwa sistem kesehatan Suriah pasca-Assad masih bergantung pada infrastruktur lama, termasuk underground ones di Idlib yang difungsikan untuk layanan dasar. Di Mar’at Numman, misalnya, rumah sakit yang hancur sedang dibangun ulang, tapi unit medis mobile dari jaringan lama tetap aktif. MSF pada Januari 2025 mengonfirmasi kunjungan ke Idlib, di mana fasilitas underground seperti di Khan Sheikhoun masih digunakan, meskipun dengan reformasi untuk mengintegrasikan ke sistem nasional.

Beberapa fasilitas di Eastern Ghouta, seperti The Cave, telah berubah fungsi menjadi klinik rehabilitasi pasca-perang, fokus pada trauma psikologis korban. Laporan ReliefWeb Desember 2024 menunjukkan bahwa di Aleppo, rumah sakit publik yang dulunya underground kini terintegrasi dengan layanan baru, tapi kekurangan staf membuat operasinya terbatas. Pemerintah transisi di bawah Ahmed al-Sharaa berupaya mereformasi sistem kesehatan, termasuk memanfaatkan aset oposisi lama untuk menghindari kekosongan medis.

Di Hama, Central Cave Hospital dilaporkan masih difungsikan hingga 2025, tapi dengan peningkatan keamanan untuk mencegah kekerasan sektarian pasca-Assad. Enab Baladi pada April 2025 menyebutkan bahwa dokter residen dari rumah sakit militer Assad kini dipindah ke fasilitas seperti ini, meskipun tantangan ekonomi membuat banyak yang berubah fungsi sementara. WHO dan PBB mendukung restorasi, tapi estimasi menunjukkan hanya 50-70 persen dari jaringan underground yang tetap aktif sepenuhnya.

Perubahan fungsi juga terlihat di Douma, di mana terowongan bawah tanah kini digunakan untuk penyimpanan medis darurat, bukan operasi utama, karena pembangunan rumah sakit permukaan baru. Laporan PMC pada Juli 2025 menganalisis sistem kesehatan Suriah 2000-2024, menyatakan bahwa fasilitas underground oposisi menjadi fondasi rekonstruksi, tapi banyak yang diadaptasi untuk kebutuhan pasca-konflik seperti pencegahan penyakit menular. Di Idlib, proyek untuk wanita dan anak tetap difungsikan, dengan tambahan dukungan dari Turki.

Meskipun jatuhnya Assad membawa harapan, tantangan seperti kekurangan listrik dan obat membuat beberapa fasilitas underground kurang optimal. IRC pada 2022 (diperbarui 2025) mencatat bahwa adaptasi gua dan basement masih relevan di daerah rawan, tapi sekarang lebih untuk pencegahan daripada trauma perang. Di Latakia dan Tartous, bekas wilayah Assad, integrasi fasilitas oposisi lama sulit, menyebabkan beberapa berubah menjadi pusat vaksinasi sementara.

Pemerintah transisi pada Maret 2025 meratifikasi konstitusi interim yang menjanjikan reformasi kesehatan, termasuk memanfaatkan jaringan underground untuk akses pedesaan. Namun, sejumlah peristiwa Maret 2025 terhadap kelompok pendukung eks rejim Assad memaksa beberapa fasilitas kembali ke mode darurat. BBC Indonesia pada Maret 2025 melaporkan pemberontakan kecil di wilayah Alawit, yang mempengaruhi fungsi rumah sakit di Hama, tapi secara keseluruhan, mayoritas tetap difungsikan dengan modifikasi.

Hingga September 2025, estimasi dari berbagai sumber menunjukkan bahwa setidaknya 60 persen fasilitas underground oposisi masih beroperasi, meskipun dengan perubahan fungsi seperti dari trauma care ke perawatan primer. Di Idlib, yang kini stabil di bawah pemerintahan baru, cave hospitals seperti Al-Rahma tetap vital, melayani ribuan pasien bulanan. Restorasi Omar Bin Abdul Aziz Hospital di Aleppo juga mengintegrasikan elemen underground untuk ketahanan.

Secara keseluruhan, jaringan ini membuktikan ketangguhan rakyat Suriah, dan pasca-Assad, banyak yang difungsikan kembali sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional yang sedang dibangun. Namun, tantangan ekonomi dan politik membuat sebagian berubah fungsi, dari benteng perang menjadi fondasi perdamaian medis. Dengan dukungan internasional, harapan besar bahwa fasilitas-fasilitas ini akan terus menyelamatkan nyawa di Suriah yang baru.

Post a Comment

Previous Post Next Post