Bulan Ramadan di Gaza tahun ini diwarnai kesedihan mendalam. Bukan sukacita yang dirasakan, melainkan ketakutan dan kepedihan yang menyelimuti. Setiap hari, warga hidup dalam bayang-bayang serangan udara yang dapat datang kapan saja, tanpa peringatan.
Dentuman bom dan desingan peluru telah menjadi bagian dari keseharian. Rumah-rumah hancur lebur, jalanan dipenuhi puing-puing, dan yang paling menyakitkan, kehilangan orang-orang tercinta. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, terpaksa mengungsi di tenda-tenda yang penuh sesak dan tidak layak.
Saat sahur tiba, makanan yang tersedia sangat terbatas, seringkali hanya roti kering dan sedikit air. Bahan makanan dan obat-obatan sangat langka, dan warga harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar. Anak-anak kelaparan, dan orang tua tidak berdaya untuk membantu mereka.
Di tengah penderitaan ini, warga berusaha untuk tetap berpuasa, menjalankan ibadah sebagai bentuk ketabahan dan keyakinan. Namun, sulit untuk berkonsentrasi pada salat dan doa ketika suara ledakan terus menggema di telinga.
Dunia seolah hanya menonton, tidak ada yang berbuat banyak untuk menghentikan pembantaian ini. Warga merasa ditinggalkan dan dikhianati. Muncul pertanyaan, mengapa dunia begitu kejam terhadap mereka?
Israel terus melancarkan serangan udara dan artileri, menghancurkan rumah-rumah, sekolah, dan rumah sakit. Mereka tidak peduli dengan nyawa warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Tidak ada yang tahu berapa lama lagi warga Gaza dapat bertahan. Mereka lelah, lapar, dan putus asa. Namun, mereka tidak akan menyerah. Mereka akan terus berjuang untuk hak mereka, untuk tanah air mereka, untuk masa depan anak-anak mereka.
Warga Gaza menyerukan kepada dunia untuk bertindak, menghentikan agresi Israel. Mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan segera, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal yang layak. Mereka juga membutuhkan perlindungan internasional bagi warga sipil.
Penderitaan ini tidak akan pernah dilupakan, tetapi harapan juga tidak akan pernah padam. Warga Gaza percaya bahwa suatu hari nanti, mereka akan hidup dalam damai dan keadilan.
Dalam menghadapi kondisi ini, persatuan adalah kunci bagi Palestina. Perbedaan politik harus dikesampingkan demi membela kepentingan rakyat Palestina. Perlawanan bersenjata mungkin tidak seimbang, tetapi itu adalah hak untuk membela diri. Diplomasi juga penting untuk mencari dukungan internasional dan menekan Israel.
Serangan Israel ke Daraa dan Lebanon serta serangan AS ke Houthi menunjukkan adanya pola agresi yang lebih luas di kawasan ini. Ada kemungkinan bahwa AS dan Israel sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar, memanfaatkan bulan Ramadan ketika umat Islam sedang berpuasa. Namun, warga Gaza tidak akan gentar. Mereka akan terus berjuang untuk hak dan masa depan mereka.
Berdasarkan pengamatan dari media Alhadats, serangan udara Israel sangat intens dan meluas, menewaskan ratusan orang. Serangan tersebut menargetkan kamp-kamp pengungsi, rumah-rumah penduduk, dan fasilitas umum lainnya, termasuk rumah sakit. Jumlah korban tewas terus bertambah, dan banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Selain serangan udara, Israel juga melancarkan penembakan artileri dan penembakan dari kendaraan militer di berbagai wilayah Gaza. Akses ke bantuan kemanusiaan sangat terbatas, dengan penyeberangan Rafah ditutup dan persediaan medis serta bahan bakar di rumah sakit menipis.
Situasi ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serta tindakan segera dari komunitas internasional.
Tags
internasional