Krisis ekonomi yang melanda Lebanon sejak 2019 tidak hanya berdampak pada rakyatnya, tetapi juga terhadap warga Suriah yang selama bertahun-tahun mempercayakan tabungan dan aset mereka di perbankan Lebanon. Miliaran dolar milik warga Suriah kini terjebak di bank-bank Lebanon akibat kebijakan pembatasan penarikan yang diterapkan pemerintah Lebanon guna mengatasi krisis likuiditas yang parah.
Presiden Suriah di masa lalu, Bashar al-Assad, pernah mengungkapkan bahwa jumlah dana warga Suriah yang tertahan di Lebanon diperkirakan mencapai 20 hingga 42 miliar dolar AS. Dana ini sebagian besar dimiliki oleh pengusaha dan eksportir yang selama bertahun-tahun menggunakan perbankan Lebanon untuk transaksi bisnis mereka. Dengan kondisi perbankan yang memburuk, harapan untuk mendapatkan kembali dana tersebut semakin kecil.
Lebanon selama ini menjadi pilihan utama bagi warga Suriah dalam menyimpan kekayaan mereka karena sistem perbankan negara itu lebih fleksibel dibandingkan Suriah. Selain itu, Lebanon menawarkan layanan perbankan yang lebih modern dan terbuka terhadap transaksi internasional, sesuatu yang sulit ditemukan di Suriah akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat.
Meskipun mata uang Yordania lebih stabil dibandingkan pound Lebanon, banyak warga Suriah yang tetap memilih Lebanon karena faktor geografis dan historis. Beirut, sebagai pusat keuangan regional, lebih mudah dijangkau dibandingkan Amman. Selain itu, hubungan perdagangan antara Suriah dan Lebanon jauh lebih erat dibandingkan dengan Yordania, membuat transaksi keuangan di Lebanon terasa lebih alami bagi pengusaha Suriah.
Kelebihan lain yang dimiliki perbankan Lebanon adalah kebijakan perbankan yang lebih longgar sebelum krisis. Sebelum 2019, bank-bank Lebanon menawarkan suku bunga tinggi untuk deposito dalam dolar AS, sesuatu yang sangat menarik bagi investor dan pelaku bisnis Suriah yang ingin menghindari risiko inflasi di negara mereka sendiri.
Namun, krisis perbankan yang menghantam Lebanon dalam beberapa tahun terakhir mengubah segalanya. Sejak 2019, bank-bank Lebanon membatasi penarikan dalam mata uang asing, menyebabkan ribuan nasabah kehilangan akses ke dana mereka. Situasi ini menjadi pukulan telak bagi para deposan Suriah yang selama ini mengandalkan sistem perbankan Lebanon sebagai jalur keuangan utama mereka.
Pemerintah Suriah yang baru menyadari bahwa dana besar yang tertahan di Lebanon turut memperburuk kondisi ekonomi domestik. Banyak perusahaan dan pengusaha yang kini kesulitan menjalankan bisnis karena modal mereka tidak bisa diakses. Hal ini berdampak pada kelangkaan barang impor serta meningkatnya tekanan inflasi di Suriah.
Sebagai langkah untuk mengembalikan dana tersebut, pemerintah Suriah telah melakukan berbagai upaya diplomatik dengan Lebanon. Pemerintah Damaskus meminta Beirut untuk mempertimbangkan kebijakan khusus bagi deposan asing, terutama mereka yang berasal dari Suriah, agar dapat menarik kembali dana mereka.
Namun, pemerintah Lebanon menghadapi dilema besar. Dengan cadangan devisa yang semakin menipis, Lebanon tidak memiliki cukup dana untuk mengembalikan simpanan nasabah secara penuh. Sistem perbankan di negara itu mengalami kegagalan besar, di mana banyak bank yang kini berada di ambang kebangkrutan.
Selain jalur diplomatik, Suriah juga mencoba menekan Lebanon melalui jalur perdagangan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Damaskus mulai membatasi ekspor tertentu ke Lebanon sebagai bentuk tekanan agar Beirut lebih serius menangani masalah dana warga Suriah yang tertahan di bank-bank Lebanon.
Meski begitu, tantangan besar tetap ada. Banyak bank di Lebanon yang mengalami masalah likuiditas sehingga tidak mungkin mengembalikan semua dana yang tertahan dalam waktu singkat. Hal ini memicu ketidakpastian bagi ribuan deposan, termasuk warga Suriah yang kini harus mencari cara lain untuk mempertahankan bisnis mereka.
Krisis ini juga memunculkan pertanyaan besar mengenai masa depan hubungan ekonomi antara Suriah dan Lebanon. Selama bertahun-tahun, Lebanon menjadi pusat keuangan bagi banyak warga Suriah, tetapi dengan adanya krisis ini, kepercayaan terhadap sistem perbankan Lebanon telah runtuh.
Beberapa pengusaha Suriah kini mulai mencari alternatif lain, termasuk menyimpan dana mereka di negara-negara seperti Uni Emirat Arab atau Turki. Namun, akses ke sistem perbankan internasional tetap menjadi tantangan besar bagi warga Suriah karena banyaknya sanksi yang diberlakukan terhadap pemerintah Damaskus.
Di dalam negeri, pemerintah Suriah juga berupaya mengurangi ketergantungan pada sistem perbankan Lebanon dengan memperkuat sistem keuangan domestik. Langkah-langkah seperti insentif bagi pengusaha yang menyimpan dana mereka di bank-bank Suriah mulai diperkenalkan, meskipun efektivitasnya masih menjadi tanda tanya.
Sementara itu, nasib miliaran dolar milik warga Suriah di Lebanon masih belum jelas. Dengan Lebanon yang masih berada dalam krisis ekonomi yang dalam, harapan untuk mendapatkan kembali dana tersebut dalam waktu dekat semakin tipis.
Banyak deposan kini hanya bisa berharap bahwa krisis di Lebanon dapat segera diatasi, meskipun tanda-tanda pemulihan masih sangat jauh dari kenyataan. Ketidakpastian ini semakin memperburuk situasi ekonomi di kedua negara, terutama bagi Suriah yang masih berjuang keluar dari dampak perang dan sanksi internasional.
Di tengah situasi ini, pertanyaan besar yang muncul adalah apakah pemerintah Suriah akan mengambil langkah yang lebih agresif untuk menekan Lebanon, atau apakah mereka akan mencari solusi alternatif dengan melibatkan pihak ketiga.
Bagaimanapun, kasus miliaran dolar warga Suriah yang tertahan di Lebanon menjadi pengingat betapa rentannya ekonomi di kawasan ini. Krisis yang terjadi di satu negara dapat berdampak besar pada negara tetangga, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan ekonomi yang erat.
Ke depan, stabilitas sistem keuangan di Lebanon akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah deposan Suriah dapat kembali mengakses dana mereka. Sampai saat itu tiba, banyak dari mereka hanya bisa menunggu dengan penuh ketidakpastian, berharap ada jalan keluar dari krisis berkepanjangan ini.
Dibuat oleh AI