Samer al-Masri Gerah: Drama Suriah Kini Penuh Kata Kasar dan Candaan Murahan


Aktor kawakan Suriah, Samer al-Masri, baru-baru ini melontarkan kritik pedas terhadap kualitas drama-drama Suriah yang menghiasi layar kaca selama bulan Ramadan tahun ini. Melalui unggahan di akun media sosialnya, al-Masri mengungkapkan kekecewaannya atas maraknya penggunaan kata-kata kasar dan candaan-candaan murahan yang dianggapnya merusak esensi seni peran dan citra drama Suriah secara keseluruhan.

Dalam pernyataannya yang cukup tajam, al-Masri menyerukan kepada rekan-rekan seprofesinya, mulai dari para aktor, produser, hingga penulis skenario, untuk kembali menghormati batasan-batasan kesopanan yang seharusnya dijunjung tinggi dalam karya seni. Ia menyayangkan tren yang berkembang di mana dialog-dialog dalam drama Suriah kini dipenuhi dengan umpatan dan lelucon-lelucon vulgar yang menurutnya tidak memiliki nilai artistik.

Al-Masri menilai bahwa kecenderungan menggunakan kata-kata kasar dan candaan rendahan semata-mata untuk mencari perhatian dan popularitas instan di media sosial adalah sebuah tindakan yang memuakkan dan justru merendahkan kualitas drama Suriah. Ia melihat fenomena ini sebagai upaya yang dibuat-buat untuk mengejar tren sesaat tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap citra industri perfilman Suriah.

Meskipun melayangkan kritik yang cukup keras, al-Masri tidak secara spesifik menyebutkan judul drama atau nama aktor tertentu yang menjadi sasarannya. Namun, para pengamat dan warganet berspekulasi bahwa kritik tersebut kemungkinan besar ditujukan kepada aktor ternama Tim Hassan, yang saat ini tengah membintangi serial berjudul "Taht Saba' Ard" atau "Di Bawah Langit Ketujuh".

Spekulasi ini muncul karena karakter yang diperankan oleh Tim Hassan dalam serial tersebut dianggap paling kontroversial dan banyak diperbincangkan karena dialog-dialognya yang kerap kali menggunakan ungkapan-ungkapan ambigu dengan konotasi negatif. Gaya bicara karakter tersebut dinilai oleh sebagian penonton sebagai bentuk vulgaritas yang tidak pantas ditayangkan di layar kaca, terutama di bulan suci Ramadan.

Kritik yang dilontarkan oleh Samer al-Masri ini tentu memicu perdebatan hangat di kalangan pelaku industri perfilman Suriah dan juga para penonton. Sebagian mendukung pandangan al-Masri dan merasa prihatin dengan menurunnya kualitas dialog dalam drama-drama Suriah modern. Mereka sepakat bahwa penggunaan kata-kata kasar dan candaan murahan tidak seharusnya menjadi daya tarik utama sebuah karya seni.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa penggunaan bahasa yang lebih realistis, termasuk kata-kata yang dianggap kasar dalam konteks tertentu, dapat membuat karakter terasa lebih hidup dan relate dengan kehidupan sehari-hari. Mereka berargumen bahwa drama tidak selalu harus steril dari unsur-unsur yang dianggap tabu, asalkan penggunaannya memiliki tujuan artistik yang jelas dan tidak hanya sekadar mencari sensasi.
Terlepas dari perbedaan pendapat, kritik dari aktor sekelas Samer al-Masri tentu menjadi sebuah peringatan keras bagi para pembuat drama Suriah untuk lebih memperhatikan kualitas dialog dan konten yang mereka sajikan kepada publik.

Sebagai salah satu aktor yang memiliki reputasi baik dan dihormati di industri perfilman Arab, suara al-Masri memiliki bobot dan dapat menjadi pendorong untuk perubahan yang lebih baik.

Industri drama Suriah sendiri memiliki sejarah panjang dan telah menghasilkan banyak karya berkualitas yang diakui di seluruh dunia Arab. Namun, beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran mengenai penurunan kualitas beberapa produksi, terutama dalam hal penulisan skenario dan dialog. Kritik dari al-Masri ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk merefleksikan kembali nilai-nilai artistik dan etika dalam pembuatan drama.

Para pembuat drama Suriah diharapkan dapat lebih selektif dalam menggunakan bahasa dan candaan dalam karya-karya mereka. Penggunaan kata-kata kasar dan lelucon murahan seharusnya tidak menjadi pengganti alur cerita yang kuat, karakter yang mendalam, dan dialog yang cerdas.

Drama yang baik adalah drama yang mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan masyarakat.

Kritik dari Samer al-Masri juga dapat menjadi pelajaran bagi para aktor muda untuk lebih selektif dalam memilih peran dan proyek yang mereka ambil.

Keterlibatan dalam produksi yang berkualitas dengan naskah yang baik akan membantu membangun reputasi yang positif dan berkontribusi pada kemajuan industri perfilman secara keseluruhan.

Pada akhirnya, tujuan dari kritik yang dilontarkan oleh Samer al-Masri adalah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas drama Suriah. Ia berharap agar para pembuat film dan televisi dapat kembali fokus pada pembuatan karya-karya yang bermutu, menghormati nilai-nilai budaya, dan memberikan tontonan yang mendidik dan menghibur bagi masyarakat. Masa depan drama Suriah bergantung pada kemampuan para pelaku industrinya untuk merespons kritik konstruktif dan berkomitmen untuk menghasilkan karya-karya yang lebih baik.

Dibuat oleh AI

Post a Comment

Previous Post Next Post