Terbaru, "Dewan Nasional Kurdi" dan "Partai Persatuan Demokratik" (PYD) telah mencapai kesepakatan mengenai visi bersama untuk menyelesaikan masalah Kurdi di Suriah. Kesepakatan ini dicapai melalui mediasi Amerika Serikat dan Prancis, serta pengawasan dari tokoh-tokoh Kurdi terkemuka, Masoud Barzani dan Mazloum Abdi.
Langkah ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan Prancis berupaya untuk memainkan peran aktif dalam membentuk lanskap politik di Suriah timur laut. Mereka tampaknya bertekad untuk memberdayakan faksi-faksi Kurdi sebagai mitra strategis di wilayah tersebut.
Namun, upaya ini dilakukan tanpa mempertimbangkan pandangan pemerintah Damaskus. Pemerintah Suriah secara konsisten menentang segala bentuk intervensi asing di wilayahnya, dan memandang konsolidasi Kurdi sebagai ancaman terhadap kedaulatan nasional.
Ketegangan antara pemerintah Damaskus dan faksi-faksi Kurdi telah berlangsung lama. Pemerintah Suriah menuduh faksi-faksi Kurdi berkolaborasi dengan Amerika Serikat untuk memisahkan wilayah timur laut dari Suriah.
Di sisi lain, faksi-faksi Kurdi berpendapat bahwa mereka berhak atas otonomi di wilayah mereka, dan menuntut pengakuan hak-hak budaya dan politik mereka.
Upaya Amerika Serikat dan Prancis untuk memperkuat konsolidasi Kurdi berpotensi memperdalam perpecahan antara faksi-faksi Kurdi dan pemerintah Damaskus. Hal ini dapat menghambat upaya untuk mencapai solusi politik yang komprehensif untuk konflik Suriah.
Selain itu, langkah ini juga dapat memicu ketegangan dengan negara-negara tetangga Suriah, seperti Turki, yang memandang faksi-faksi Kurdi sebagai ancaman keamanan.
Masyarakat internasional menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Dialog dan negosiasi adalah satu-satunya cara untuk mencapai solusi yang berkelanjutan untuk konflik Suriah.
Tags
indonesia